Apresiasi Drama
Kata drama berasal dan bahasa
Greek; tegasnya dan kata kerja dan yang berarti “berbuat, to act atau to do”.
Drama berarti perbuatan, tindakan, atau beraksi (action). Drama cenderung
memiliki pengertian ke seni sastra. Di dalam seni sastra, drama setaraf dengan
jenis puisi, prosa/esai. Drama juga berarti suatu kejadian atau peristiwa
tentang manusia. Cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan
pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience).
Sementara Bethaazar Verhagen yang
dikutip oleh Slamet Mulyana, mengatakan bahwa drama adalah kesenian melukiskan
sifat dan sifat manusia dengan gerak. Berdasarkan penjelasan di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa drama pada dasarnya adalah salah satu cabang seni
sastra yang mementingkan dialog, gerak, dan perbuatan menjadi suatu lakon yang
dipentaskan di atas panggung.
Unsur-unsur drama pada dasarnya
tidak jauh berbeda dengan unsur unsur dalam prosa fiksi. Unsur-unsur tersebut
adalah unsur pembangun yang datang dan dalam teks drama itu atau sering disebut
sebagai unsure intrinsik dan unsur pembangun yang datang dan luar teks drama
atau sering disebut unsur ekstrinsik.
a. Unsur Instrinsik
Unsur-unsur instrinsik drama
meliputi plot atau alur, tokoh atau karakter, dialog, latar atau setting.
Apabila drama sebagai naskah itu dipentaskan maka dilengkapi dengan unsur gerak
atau action, tata busana dan tata rias, tata panggung, tata bunyi atau suara,
dan tata lampu atau sinar.
Berikut ini akan dipaparkan unsur
pembangun drama tersebut.
1. Alur
Alur adalah urutan cerita dan
peristiwa yang saling berhubungan secara kausalitas atau ada jalinan
sebab-akibat antara peristiwa yang satu dengan lainnya. Tahapan alur dalam
drama dikenal dengan nama eksposisi, komplikasi, dan klimaks.
Pemaparan/ eksposisi, adalah
bagian awal naskah drama yang berisi keterangan mengenai tokoh serta latar.
Dalam tahapan ini pengarang memperkenalkan para tokoh, menjelaskan tempat
peritiwa, memberikan gambaran peristiwa yang akan terjadi. Bagian alur drama
ini berfungsi untuk mengantar penonton ke dalam persoalan utama yang menjadi
isi cerita drama tersebut. Eksposisi mendasari dan mengatur gerak dalam
masalah-masalah waktu dan tempat. Eksposisi memperkenalkan pelaku, yang akan
dikembangkan dalam bagian utama lakon itu, dan memberikan suatu indikasi
resolusi.
Komplikasi bertugas mengembangkan
konflik.. Tahapan ini muncul ketika ada kekuatan, kemauan, sikap, atau
pandangan yang saling bertentangan. Bentuknya berupa peristiwa yang segera
terjadi setelah bagian eksposisi berakhir dan mulai muncul konflik. Pelaku
utama mengalami gangguan, penghalang dalam mencapai tujuannya, membuat
kekeliruan, yang akhirnya kita dapat meneliti tipe manusia bagaimanakah sang
tokoh itu.
Klimaks/krisis atau turning point
adalah titik puncak cerita. Bagian ini merupakan tahapan ketika pertentangan
yang terjadi mencapai titik optimalnya. Peristiwa dalam tahap mi dipandang dan
segi tanggapan emosional penonton, menimbulkan puncak ketegangan. Klimaks merupakan
puncak rumitan yang diikuti oleh krisis atau titik baNk. Tahap ini ditandai
oleh perubahan alur cerita.
Ujung dan klimaks adalah
peleralan/resolusi yang menunjukkan perkembangan lakuan ke arah pemecahan
konflik aau masalah. Dalam tahap mi ketegangan menurun. Ketegangan emosional
menyusut. Suasana panas mulai mendingin, menuju kembali ke keadaan semula
seperti sebelum terjadi pertentangan Akhir pertunjukan mungkin berupa happy
end, mungkin sebaliknya unhappy-end.
2. Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah pelaku cerita yang
menggerakan plot dan suatu tahapan ke tahapan lain. Kalau drama sebagai naskah
dipentaskan, tokoh itu akan diperagakan seorang pelaku atau aktor. Pada saat
itu, karakteristik dan karakter-karakter akan semakin jelas dan hidup daripada
karakteristik tokoh dalam prosa fiksi.
Dalam drama gambaran tentang
tokoh-tokoh cerita akan lebih jelas dan konkret, juga akan lebih hidup. Hal
tersebut karena dalan drama tokoh tokoh itu ditampilkan secara jelas, dapat
dilihat bentuk tubuhnya, dapat diperhatikan gerak-geriknya, dapat dilihat mimik
atau gerak raut mukanya, bahkan dapat didengar suaranya.
Tokoh-tokoh dalam drama dapat
digolongkan berdasarkan perannya dalam lakuan, dan berdasarkan fungsinya dalam
lakon. Berdasarkan perannya dalam lakuan kita mengenal tiga macam tokoh, yaitu:
tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis.
Tokoh protagonis adalah tokoh
yang pertama-tama berprakarsa dan berperan sebagai penggerak lakuan. Dalam
sebuah lakon biasanya tokoh ini dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya yang ikut
terlibat dalam lakuan. Karena perannya sebagai protagonis, maka ia merupakan
tokoh yang pertama-tama akan menghadapi masalah dan terbelit dengan kesulitan
kesulitan. Tokoh ini biasanya merupakan tokoh kebajikan yang diharapkan
mendapatkan simpati dan empati penonton.
Tokoh antagonis adalah tokoh yang
berperan sebagai penghalang dan masalah bagi protagonis.
Tokoh tritagonis adalah tokoh
yang berpihak pada protagonis atau antagonis, atau berfungsi menjadi penengah
pertentangan antara kedua golongan tokoh tersebut..
3. Dialog atau Percakapan
S. Effendi dalam Liberatus
berpendapat bahwa ciri utama sebuah drama adalah dialog. Hal tersebut
menandakan pentingnya dialog dalam drama.
Terdapat beberapa macam fungsi
dialog dalam drama, di antaranya yaitu:
- Melukiskan watak tokoh-tokoh
dalam cerita tersebut.
- Mengembangkan dan menggerakan
plot serta menjelaskan isi cerita drama kepada pembaca atau penonton.
- Memberikan isyarat peristiwa
yang mendahului.
- Memberikan isyarat peristiwa
yang akan datang.
- Memberikan komentar terhadap
peristiwa yang sedang terjadi dalam drama tersebut.
Diksi atau pilihan kata yang
digunakan dalam dialog hendaknya dipilih sesuai dengan dramatic-action. Panjang
pendeknya kata-kata dalam dialog berpengaruh terhadap konflik yang dibawakan
lakon. Pada awal
kisahan boleh saja disajikan
dialog-dialog panjang. Akan tetapi, mendekati titik klimaks dialog-dialog harus
dikurangi. Harus lebih pendek-pendek agar penggawatan kisah dapat dirasakan
penonton. Dengan demikian panjang pendeknya kalimat sangat berpengaruh terhadap
irama drama
4. Latar
Latar yang juga disebut setting
mi mengacu pada segala keterangan tentang waktu, ruang, dan suasana peristiwa
dalam drama. Penjelasan bagaimana suasana, tempat, dan waktu biasanya dalam
naskah drama dituliskan. Bila drama itu dipentaskan, hal-hal tersebut
diwujudkan dalam bentuk tata panggung, tata lampu, dan tata suara/bunyi.
5. Tema dan Amanat
Tema) adalah gagasan pokok yang
penyampaiannya sangat didukung oleh jalinan unsur tokoh, plot, dan latar cerita.
Sejalan dengan itu, Waluyo (2001: 24) mengemukakan bahwa dalam drama, tema
dikembangkan melalui alur dramatik dalam plot melalul tokoh-tokoh protagonis
dan antagonis dengan perwatakan yang memungkjnkan konflik dan diformulasikan
dalam bentuk dialog.
Amanat adalah pesan yang ingin
disampaikan oleh pengarang. Bagaimana jalan keluar yang diberikan pengarang
terhadap permasalahan rumit yang dipaparkannya itulah amanat. Dengan demikian
amanat erat kaitannya dengan makna (significance), sedangkan tema berhubungan
dengan arti (meaning) dan karya yang kita baca atau kita tonton. Amanat
bersifat subjektif, dan tema lebih bersifat objektif.
b. Unsur Ekstrinsik
Di atas kita telah membicarakan
unsur intrinsik yang membangun karya sastra dan dalam, berikut mi akan dipaparkan
unsur ekstrinsjk, ialah unsure luar yang dapat menjadi bahan pengarang dalam
menciptakan karya sastra atau menjadi pertimbangan bagi pembaca, antara lain
biografi pengarang, pemikjran, dan unsur sosial budaya masyarakatnya (Wellek
& Warren, 1989: 82-153).
1. Biografi Pengarang
Menurut Wellek & Warren
penyebab Iahirnya suatu karya sastra (termasuk drama) adalah pengarangnya
sendini. ltulah sebabnya biografi sang pengarang dapat dipergunakan untuk
menerangkan dan menjelaskan proses terciptanya suatu karya sastra. Biografi
pengarang dianggap dapat menerangkan dan menjelaskan proses penciptaan karya
sastra atau sejauhmana biografi pengarang dapat memberi masukan tentang
penciptaan karyanya.
2. Pemikiran
Sastra sering dilihat sebagai
suatu bentuk filsafat, atau sebagai pemikiran yang terbungkus dalam bentuk
khusus. Dengan kata lain sastra sering dianggap untuk mengungkapkan
pemikiran-pemikiran yang hebat, balk pemikiran psikologis ataupun falsafat.
Secara Iangsung ataupun melalul
kiasan-kiasan dalam karyanya, kadang kadang pengarang menyatakan bahwa ia
menganut aliran filsafat tertentu, atau mengetahui garis besar ajaran
paham-paham tersebut
3. Sosial Budaya Masyarakat
Unsur ekstrinsik lain yang paling
banyak dipermasalahkan adalah unsure yang berkaitan dengan biografi pengarang
yang menyangkut latar social budaya masyarakat yang terkait dengan karya
sastra. Hal tersebut karena adanya hubungan timbal balik antara sastrawan,
sastra, dan masyarakat.
Hubungan timbal balik itu di
antaranya: (1) menyangkut posisi social masyarakat dan kaitannya dengan
masyarakat pembaca termasuk di dalamnya faktor-faktor sosial yang bisa
mempengaruhi pengarang sebagai perseorangan di samping mempengaruhi isi karya
sastranya, yang disebutnya sebagai konteks sosial pengarang; (2) menyangkut sejauh
mana karya sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat, yang
disebutnya sebagai sastra sebagai cermin masyarakat; dan (3) menyangkut sampai
seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial, dan sampai seberapa
jauh nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial, dan sampai seberapa jauh pula
sastra dapat berfungsi sebagai alat penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan
bagi masyarakat pembacanya.
Kegiatan Apresiasi Drama
Pengertian apresiasi dalam drama
sama dengan apresiasi sastra lainnya, yaitu merupakan penaksiran kualitas karya
sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan
pengalaman yang jelas, sadar, serta kritis.Berdasarkan hal itu, layaklah drama
sebagai karya sastra merupakan hal yang utama untuk didekati, dipahami,
ditelaah, dan diapresiasi.
Dan pengapresiasian naskah yang dilakukan akan
diperoleh pengalaman. Pengalaman inilah yang akhirnya kita hubungkan dengan keadaan
sebenarnya di luar drama. Akhirnya ditemukanlah suatu perubahan nilai-nilai
dalam diri.
Nah itu tadi penjelasan tentang Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Pada Cerpen
Comments
Post a Comment