Unsur Intrinsik, Memparafrasekan serta isi dan Pesan Puisi
![]() |
Unsur Intrinsik, Memparafrasekan serta isi dan Pesan Puisi |
Unsur Instrinsik
Puisi dibangun oleh dua unsur
yang saling terkait, yakni struktur batin/makna dan struktur fisik yang berupa
bahasa. Struktur fisik terdin atas: diksi, citraan, bahasa kiasan, rima, irama,
dan tipografi; sedangkan struktur batin terdiri atas: tema, perasaan, nada, dan
amanat.
Diksi adalah pemilihan kata yang dilakukan oleh penyair dengan
secermat-cermatnya untuk menyampaikan perasaan dan isi pikirannya dengan
setepat-tepatnya agar terjelma ekspresi jiwanya seperti yang dikehendaki
penyairnya secara maksimal sehingga pembaca pun akan merasakan hal yang sama.
DaIam diksi diperhatikan juga
kosa kata, urutan kata, dan daya sugesti kata. Kosa kata dipilih untuk kekuatan
ekspresi, menunjukkan ciri khas, suasana batin, dan latar belakang sosio budaya
si penyair.
Citraan atau imaji adalah kata atau susunan kata-kata yg dapat
mengungkapkan pengalaman pancaindra yang menyebabkan pembaca seolah-olah
melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu. Pengimajian ditandai dengan
pemakaian kata yang konkret dan khas.
Citraan adalah sebuah efek dalam
gambaran angan atau pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan
oleh ungkapan penyair terhadap sebuah objek yang dapat ditangkap oleh indra
penglihatan,
pendengaran, perabaan,
pencecapan, dan penciuman.
Perhatikan puisi karya Rendra
berjudul “Episode” berikut ini
Kami
duduk berdua
di
bangku halaman rumahnya.
Pohon
jambu di halaman itu
berbuah
dengan lebatnya
dan
kami senang memandangnya.
Angin
yang lewat
memainkan
daun yang berguguran
Tiba-tiba
ia bertanya:
“Mengapa
sebuah kancing bajumu
lepas
terbuka?”
Aku
hanya tertawa
Lalu
Ia sematkan dengan mesra
sebuah
peniti menutup bajuku.
Sementara
itu
Akubersihkan
guguran
bunga jambu
yang
mengotori rambutnya.
(Rendra,
EmpatKumpulan Sajak, h.18)
Bahasa kiasan mencakup semua jenis ungkapan yang bermakna lain
dengan makna harfiahnya, yang bisa berupa kata, ataupun susunan kata yang lebih
luas. Bahasa kiasan berlungsi sebagai sarana untuk menimbulkan kejelasan
gambaran angan supaya menjadi lebih jelas, menarik, dan hidup. Perhatikan
kata-kata yang dicetak miring dalam penggalan kutipan puisi berjudul “Di Meja
Makan” karya Rendra berikut ini :
Ia
makan nasi dan isi hati
pada
mulut terkunyah duka
tatapan
matanya pada lain isi meja
lelaki
muda yang dirasa
tidak
lagi dimilikinya.
Ruang
diributi jerit dada
Samba!
tomat pada mata
meleleh
air racun dosa
Ada banyak jenis bahasa kiasan
yang dimanfaatkan dalam puisi, misalnya: perbandingan (bahasa kiasan yang
menggunakan kata-kata pembanding), metafora (perbandingan yang tidak
menggunakan katak kata pembanding), dan personifikasi (mempersamakan
benda-benda dengan sifat manusia).
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Rima berfungsi untuk
membentuk orkestrasi, yang dapat berbentuk asonansi (ulangan bunyi vokal pada
kata yg berurutan), dan aliterasi (ulangan bunyi konsonan pada awal kata yg
berurutan), dsb.
Irama adalah pertentangan bunyi: tinggi/rendah, panjang/pendek,
keras! lemah yg mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk
keindahan; sedangkan tipografi adalah
susunan larik yang terikat dalam membentuk bait puisi, bisa satu larik, dua
larik, tiga larik, empat larik, dan seterusnya.
Struktur batin puisi terdiri dari: tema, perasaan, nada, dan amanat.
Tema
Tema adalah gagasan pokok atau pokok persoalan yang dikemukakan
oleh penyairnya. Secara garis besar hanya ada empat tema besar yang biasanya
digeluti oleh para penyair, yaitu keindahan alam, masalah manusia dalam
hubungannya dengan dirinya sndini, malah mausia dalam hubungannya dengan
manusia lain, dan masalah manusia dalam hubungannya dengan Tuhan yang
menyangkut semangat hidup manusia dalam mempertahankan kehidupannya yang lebih
baik dan bermanfaat.
Perasaan
Perasaan adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan (objek
puisi) yang digarapnya. Unsur perasaan terkait erat dengan unsur tema atau
pokok persoalan dalam puisi. Dalam lingkungan awam pun jika kita menghadapi
sesuatu atau tingkah seseorang, kita bisa bersikap simpatik, acuh tak acuh,
atau bahkan muak.
Nada
Nada adalah sikap penyair terhadap pembacanya (bisa menggurui,
penuh kesinisan, mengejek, menyindir, humor, atau secara lugas). Dengan
demikian nada sajak sangat erat kaitannya dengan rasa dan pokok persoalan yang
dikandung puisi tersebut.
Amanat
Amanat adalah tujuan atau pesan yang secara eksplisit maupun
implicit ingin disampaikan penyair melalui puisi-puisinya kepada pembacanya.
Memparafrasekan Puisi
Memparafrasekan puisi adalah mengubah bentuk puisi menjadi prosa
(memprosakan puisi) atau puisi diwajarkan sesuai dengan susunan bahasa yang
normatif setelah sebelumnya dilakukan pemenggalan/ penjedaan dengan tepat.
Kata-kata dalam puisi tersebut (bilamana perlu) diberi tambahan kata sambung
seperti: dan, tetapi, meskipun, seperti, dsb.
(yang diletakkan dalam kurung).
Sebagai contoh berikut dikutipkan
sajak Chairil Anwar yang berjudul “Doa”.
DOA
kepada
pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut
nama-Mu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh
seluruh
caya-Mu panas suci
tinggal kerdip him
di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di
negeri asing
Tuhanku
di pintu-Mu aku
mengetuk
aku tidak bisa
berpaling
Setelah membaca ulang puisi
tersebut beberapa kali sesuai dengan pemenggalan/penjedaan larik-larik puisinya,
kemudian disela-sela penggalan-penggalan itu disisipkan kata penghubung yang
tepat pula, maka seluruh bait itu akan dapat dibaca secara denotatif makna
sajak tersebut seperti berikut ini.
Tuhanku/
(meski) Dalam
termangul (tetapi)
Aku masih
menyebut nama-Mu!!
Biar susah
sungguh/
mengingat
Kau/ (yang ) penuh seluruh/
caya-Mu
(terasa) pan asl(dan) such
(yang kini
kurasakan) tinggal (seperti) kerdip I jim! di kelam
sunyi//
Tuhanku/
aku (merasa
seperti) hilang bentukl
(dan) remukl/
Tuhanku/
aku (merasa
seperti) mengembara/ di negeri asing//
di pintu-Mu!
aku mengetukl
aku/ tidak
bisa berpaling//
Selanjutnya kita buat
parafrasenya.
Bait pertama, si aku lirik (penyair) dalam puisi itu berucap bahwa
meskipun dalam keadaan “termangu”, artinya dalam keadaan bimbang, antara
percaya atau tidak, tetapi “masih menyebut nama-Mu”, artinya masih
kadang-kadang bersembahyang /berdoa, masih mengenal (ingat) nama Tuhan, masih
mempercayai akan ada dan kekuasan Tuhan.
Bait kedua, pengertian ‘kadang-kadang’ ternyata diperkuat iagi
dengan lank “biar susah sungguh”. itu artinya keragu-raguafl si aku link benar
benar sudah ‘gawat’. Akan tetapi, si aku lirik masih merasakan “caya-Mu’ yang
“panas” dan “suci”, meskipun tinggal dirasakan sebagai “kerdip lilin di kelam
sunyi”.
Bait ketiga dan keempat, dalam situasi yang seperti itu (maksudnya
dalam kebimbangan itu), aku lirik merasa seperti tak lagi berwujud, tak bias
berbuat apa-apa, bahkan terasa “remuk” dan seperti “mengembara di negeri
asing”. Artinya: terpencil, sendiri, tak tahu arah, tak tahu harus berbuat apa,
tak bisa berkomunikasi dengan orang lain (bukankah jika Anda berada di negeri
asing dan tidak menguasai bahasa mereka, Anda akan merasa dikucilkan, dan
bingung?).
Bait kelima, beruntunglah si aku
lirik akhirnya dengan jujur mengatakan Tuhanku/ di pintu-Mu aku men getuki aku
tidak bisa berpalingil Singkat kata, walaupun dalam kebimbangan yang luar
biasa, si aku lirik menyadari bahwa tak ada cara lain kecuali mengetuk ‘pintu’ Tuhan,
sujud menyembah pada-Nya (‘aku tak bisa berpaling’).
Isi dan Pesan pokok puisi
Untuk mencari apa isi dan pesan
puisi, perhatikan puisi Chairil Anwar berjudul “Doa” tersebut di atas. Isi atau
makna puisi tersebut melukiskan seseorang (bisa seseorang, penyair sendiri,
atau siapa pun), yang tidak diketahui apa sebabnya, pada suatu saat dalam
perjalanan hidupnya merasa ragu-ragu antara percaya dan tidak kepada Tuhan,
merasa sudah ditinggalkan Tuhan, merasa terkucilkan, putus asa dan tak tahu
arah harus berbuat apa; tetapi akhirnya menyadari bahwa dalam situasi rumit
seperti yang dialaminya, tiada jalan lain kecuali mengetuk pintu Tuhan, sujud,
berserah din dan pasrah di hadapan Tuhan Yang Maha Murah dan Maha Pengampun.
Itulah makna atau isi puisi berjudul “Doa” karya Chairil Anwar.
Lalu pesan apa yang mau
disampaikan kepada pembaca? Atau pesan pokok apa yang dapat kita ambil
manfaatnya dan puisi tersebut? Jika kita sedang menderita, kita jangan
cenderung menyalahkan orang lain yang menjadi sebab penderitaan, atau bahkan
menyalahkan Tuhan. Akan tetapi bersikaplah seperti Chairil Anwar yang
melantunkan puisi “Doa” i, bahwa tak ada jalan lain kecuali berserah din kepada
Tuhan, dan menerima dengan ikhlas segala kehendaknya
Nah itu dia unsur intrinsik, Memparafrasekan Puisi serta isi danPesan Puisi, Semoga dapat anda pahami dan diterapkan.
Comments
Post a Comment