Prinsip Multimedia
Ketertarikan admin kepada Multimedia dan tugas yang admin emban untuk memberikan ilmu tentangnya kepada sobat semua jelas akan secara langsung membawa admin sendiri kedunia Pembelajaran Multimedia. Sedikit banyak admin sudah membuatkan materi pembelajaran tentang Multimedia, diantaranya mungkin sobat sudah baca-baca ya, yaitu tentang pengolahan Adobe PS, Teknik-teknik Camera, Operasional Komputer dan lain-lain. Semua itu sobat adalah yang dinamakan sebuah Pembelajaran Multimedia.
Dalam membuat suatu pembelajaran multimedia, hendaknya sobat harus mengetahui terlebih dahulu prinsip-prinsipnya. Ada banyak sekali ahli Multimedia yang mencetuskan prinsip-prinsip Multimedia, tetapi setelah admin baca sana-sini dan berulang kali, admin merasa bahwa yang lebih cocok untuk admin share kepada sobat semua adalah prinsip dari bapak Mayer Dan Bapak Clark, kenapa dan mengapa??? Mangkanya sobat harus baca dengan teliti dari penjelasan-penjelasannya.
Dan berikut penjelasan-penjelasan dari prinsip-prinsip tersebut:
1. Prinsip Multimedia
Mayer (2009:93)
Menyatakan bahwa seorang “Siswa/Siswi dapat belajar dengan baik dari kata-kata dan gambar, dari pada hanya dari kata-kata saja”. Dalam bunyi prinsip ini, yang dimaksud dengan kata-kata adalah teks yang dicetak kemudian dibaca dan didengar oleh pengguna melalui speker maupun headset. Sedangkan yang dimaksud dengan gambar adalah gambaran Statis sperti halnya gambar, diagram, grafik, peta, dan foto. Ataupun gambaran Dinamis sperti sebuah Animasi dan Vidio. Clark & Mayer (2011:70) memakai istilah penyajian Multimedia ini guna untuk menyebut semua istilah penyajian multimedia yang berisikan sebuah kata-kata dan gambar.
Mayer (2009:93) berpendapat bahwa ketika kata-kata dan gambar ditampilkan secara bersamaan, murid mempunyai kesempatan guna untuk mengkonstruksikan model-model mental verbal dan pictorial serta membangun suatu hubungan diantara keduanya. Tetapi beda halnya apabila yang disajikan hanyalah kata-kata, seorang murid hanya akan memiliki sebuah kesempatan kecil untuk membangun sebuah model mental pictorial dan kecil juga kemungkinan dalam membangun hubungan model verbal dan pictorialnya.
2. Prinsip Keterdekatan
Didalam prinsip ini terbagi dua prinsip, yaitu
• Prinsip Keterdekatan Ruang
(keterdekatan Sebuah kata yang tercetak dengan dengan gambar yang terkait) / (Mayer, 2009:119; Clark & Mayer, 2011:92)
• Prinsip keterdekatan waktu
(keterdekatan sebuah kata-kata yang ternarasi dengan gambar yang terkait) / (Mayer, 2009:141; Clark & Mayer, 2011:102).
Prinsip Keterdekatan Ruang menyatakan bahwa seorang murid dapat belajar dengan baik ketika kata-kata tercetak dan gambar-gambar didalamnya disajikan dengan saling berdekatan dari pada disajikan dengan saling berjauhan. Dan Prinsip Keterdekatan Waktu menyatakan bahwa seorang murid dapat belajar dengan baik apabila kata-kata dinarasikan dan gambar-gambar didalamnya disajkan tepat pada waktu yang sama.
Pendapat Bapak Mayer (2009:119) yang berkaitan dengan Prinsip Keterdekatan Ruang ialah pada saat sebuah kata-kata dan gambar saling berdekatan dan berhubungan disuatu layar, maka murid tidak harus memakai sumber-sumber yang kognitif untuk mencari keta-kata dan gambar itu dilayar secara visual atau terlihat. Seorang Murid dapat menangkap dan menyimpan kata-kata dan gambar secara bersama didalam sebuah memori kerja pada waktu yang sama.
Dan untuk Prinsip Keterdekatan Waktu, Mayer (2009:141) berpendapat bahwa ketika bagian dari narasi dan bagian dari animasi itu disajikan pada waktu yang bersamaan, murid akan lebih bisa membuat Representasi Mental atas keduanya dengan memori kerja dengan waktu yang bersamaan. Ini berarti dengan prinsip tersebut diharapkan murid akan lebih bisa membangun hubungan mental antara Representasi Verbal dan Representasi Visual dengan baik.
3. Prinsip Modalitas
Lanjut pada Prinsip Modalitas, prinsip ini menyatakan bahwa seorang siswa atau murid dapat melakukan pembelajaran dengan baik dari sebuah animasi dan narasi daripada dari sebuah animasi dan kata yang dicetak dilayar (Mayer, 2009:197). Dengan ini Mayer Dan Clark memberi saran lebih baik menarasikan teks dari pada menyajikan sebuah teks yang dicetak dilayar pada saat sebuah gambar dan kata-kata menjadi objek yang difokuskan ketika disajikan secara bersamaan.
Mayer (2009:197) berpendapat apabila sebuah gambar dan kata disajikan bersamaan secara terlihat atau visual, maka saluran visual akan mengalami kelebihan beban dan saluran Auditori akan terbuang begitu saja atau tidak termanfaatkan. Jika kata-kata disajikan secara auditori, mereka bisa diproses dalam saluran auditor, sehingga saluran visual hanya memproses gambar.
4. Prinsip Koherensi
Yang dimaksud Prinsip Koherensi adalah Prinsip yang menyatakan bahwa setiap siswa atau murid bisa melakukan kegiatan belajar dengan baik apabila hal-hal ekstra disisihkan dari sajian Multimedia (Mayer, 2009:167).
Prinsip ini terbagi menjadi 3 versi sob, yaitu:
- Sebuah pembelajaran siswa akan terganggu apabila gambar menarik tetapi tidak Relevan (Mayer, 2009:170; Clark & Mayer, 2011:159)
- Sebuah pembelajaran seorang siswa akan terganggu apabila suara dan music menarik tetapi tidak Relevan (Mayer, 2009:181; Clark & Mayer, 2011:153)
- Sebuah pembelajaran seorag siswa akan menjadi lebih baik apabila kata-kata yang tidak terlalu digunakan disisihkan dari Presentasi Multimedia (Mayer 2009:188; Clark & Mayer, 2011:166)
Disini mayer (2009:167) mengeluarkan pendapat bahwa sebuah materi yang ekstra selalu bersaing memperebutkan sumber-sumber yang kognitif dalam memori kerja sehingga dapat membuat perhatian seorang siswa.
5. Prinsip Redundansi
Prinsip ini menyatakan bahwa seorang siswa akan belajar dengan baik dari sebuah gambar dan narasi daripada hanya dari sebuah gambar, narasi, dan teks yang dicetak disebuah layar (Mayer, 2009:215). Clark dan Mayer dalam Prinsip ini menyarankan agar siswa atau murid untuk jangan menambahkan sebuah teks yang dicetak disebuah layar kedalam gambar yang sedang dinarasikan.
Dan Clark dan Mayer (2011:135) menyatakan sebuah alasan bahwa seorang siswa atau murid akan memperhatikan teks yang dicetak dilayar daripada ke sebuah gambar. Kenapa begitu? Karena pada saat mata siswa atau murid focus pada kata-kata yang dicetak dilayar, siswa tidak dapat melihat gambar yang sedang dinarasikan.
Dalam keadaan seprti itu siswa atau murid akan berusaha sebuah perbandingan antara teks yang dicetak dengan narasi ketika diucapkan sehingga hal itu dapat membebani proses kognitif. Maka dari itu untuk sobat yang ingin membuat suatu pementasan sekiranya tidak menambahkan gambar yang sedang dinarasikan dengan teks yang dicetak dilayar.
6. Prinsip Personalisasi
Pada prinsip ini menyarankan supaya seorang pengembang multimedia yang baik agar memakai sebuah gaya percakapan dalam bernarasi daripada harus memakai gaya yang formal (Clark & Mayer, 2011:182). Yang dimaksud dengan gaya percakapan disini adalah pembicaraan yang dihasilkan antara dua orang yang memakai bahasa yang sopan.
Dan dalam prinsip ini Clark dan Mayer (2011:184) berpendapat bahwa manusia itu akan bekerja dengan lebih keras untuk memahami sebuah materi pada saat manusia itu sedang melakukan percakapan, daripada sekedar mendapatkan informasi. Mengungkapkan sebuah informasi dalam gaya percakapan adalah merupakan langkah guna untuk mempersiapkan proses kognitif seorang siswa atau murid.
7. Prinsip Segmentasi dan Pra Latihan
• Prinsip Segmentasi
Menyarankan supaya seorang pengembang multimedia agar memecahkan sebuah materi pelajaran yang besar menjadi sebuah materi-materi yang kecil (Clark & Mayer, 2011:207). Ketika terdapat sebuah materi pembelajaran yang kompleks, maka materi itu harus dibuat lebih sederhana lagi dengan membaginya menjadi beberapa bagian yang bisa di setting kedatangannya.
Clark dan Mayer (2011:210) berpendapat bahwa ketika seorang siswa atau murid menerima sajian secara terus menerus dan didalamnya terdapat konsep-konsep yang saling berkaitan maka yang dihasilkan yaitu system kognitif menjadi lebih muatanya, proses yang dibutuhkan terlalu banyak. Siswa tidak memiliki kapasitas kognitif yang dibutuhkan untuk digunakan dalam memproses esensial yang dapat digunakan guna memahami materi tersebut. Solusi yang dapat diambil dari maslah yang seperti ini adalah sobat harus membagi materi pelajaran yang memiliki kapassitas besar menjadi sebuah materi pelajaran yang lebih kecil supaya dapat diatur.
• Prinsip Pra-latihan
Menyarankan supaya memastikan siswa atau murid untuk mengetahui nama dan ciri-ciri dari kensep-konsep yang penting (Clark & Mayer, 2011:212). Disini mendorong agar sebelum siswa belajar dalam mengerjakan sebuah latihan pada suatu Multimedia yang Interaktif, haruslah seorang siswa atau murid diberikan materi dengan konsep-konsep penting yang berhubungan dengan proses yang akan dipelajari oleh siswa atau murid.
Clark dan Mayer (2011:215) mengemukakan bahwa Prinsip Pra-latihan itu bisa digunakan untuk membatu seorang pemula dalam mengelola meteri yang lebih kompleks dengan mengurangi jumlah esensialnya saat melakukan presentasi. Ketika seorang siswa atau murid mengetahui arti dari sebuah Primary Key, saat itu juga bisa dipastikan seorang siswa bisa mengalokasikan sebuah proses kognitif supaya dapat membangun sebuah model mental dengan peran Primary Key dalam perencanaan sebuah tablenya.
Dengan ini bisa diambil kesimpulan bahwa sebuah Prinsip Pra-latihan itu dapat membantu pengelolaan esensial yang akan dikerjakan siswa dengan menyalurkan Meteri-materinya kedalam sebuah bagian Pra-latihan dari Materi pembelajaran.
admin berharap sob, agar sobat semua sebagai pelaku multimedia dapat menerapkan prinsip-prinsip multimedia diatas, tujuan dari admin sendiri dalam share artikel ini supaya sobat yang berperan sebagai pengembang multimedia mampu untuk meningkatkan pembelajaran multimedia yang dapat diterima ke semua orang. Oky semoga sukses,. Salam Multimedia…..
Comments
Post a Comment